Mengapa penderita diabetes mengalami diare atau sembelit?

 

Pasien diabetes sering mengeluh diare atau sembelit sehingga kualitas hidupnya menurun. . Keluhan tersebut muncul akibat adanya komplikasi diabetes pada usus besar. Lalu, bagaimanakah mekanisme diabetes menyebabkan komplikasi tersebut ?

 

Mahasiswa S3 FK KMK UGM, Tri Agusti Sholikah, ingin menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan penelitian pada tikus model diabetes.

 

Kadar gula darah tinggi dalam waktu yang lama  memicu terjadinya peradangan pada  jaringan. Peradangan tersebut dapat mengakibatkan kematian sel-sel termasuk  sel yang ada di usus besar. Gerakan usus dipengaruhi oleh banyak hal antara lain sel otot polos dan sel saraf. Usus memiliki  banyak sel saraf yang jumlahnya nomor dua setelah otak, Sel saraf usus tersebut mampu bekerja secara mandiri sehingga sering disebut sebagai otak kedua.

 

Salah satu temuan penting yang dihasilkan dari penelitian S3 ini adalah penurunan jumlah sel saraf pada usus besar. Temuan tersebut didapatkan dengan metode penghitungan stereologi pada irisan jaringan. Metode ini secara prinsip mirip dengan metode hitung cepat pemilu yang  menekankan pada metode pengambilan sampel yang tepat dengan menggunakan alat ukur yang tepat pula. Hasil yang didapatkan berupa data jumlah total yang dapat dianalisis secara statistik sehingga simpulan lebih mudah diambil.  Hal ini memberikan alternatif perbaikan data yang sebelumnya baru dilaporkan secara kualitatif.

Kematian sel saraf terjadi karena aktifnya berbagai jalur kematian sel yang dipicu oleh sinyal dari jaringan yang mengalami peradangan. Hal tersebut terkait dengan gejala seperti diare dan pembesaran otot polos pada usus besar yang juga ditemukan pada penelitian ini. Sinyal peradangan  diatur  secara kompleks sehingga  penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui   faktor-faktor yang berperan pada kematian sel saraf dan pembesaran otot polos. Salah satu faktor tersebut adalah mikrobiota usus yang juga mengalami perubahan pada kondisi diabetes.

 

Disertasi Tri Agusti Sholikah dengan promotor Dosen Histologi dan Biologi Sel dr. Rina Susilowati Ph.D. dari UGM dan ko-promotor Dr. dr. Muthmainah dari Universitas Sebelas Maret Surakarta,  telah dipertahankan pada ujian tertutup yang dipimpin oleh Prof. Marsetyawan HNE Soesatyo selaku perwakilan pengelola program studi  pada tanggal 4 Juli 2024. . Ujian diselenggarakan di Gedung Pascasarjana FK KMK UGM dengan penguji pakar Gastroenterologi FKKMK dr. Neneng Ratnawati, Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Prof. Dwi Liliek Kusindarta, Guru besar Fakultas Farmasi Prof. Arief Nurrochmad, pakar Fisiologi Saluran Cerna dr. Andreanyta Meliala dan dr. Achmad Aulia Jusuf dari Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang bertindak sebagai penguji eksternal.

 

Tri Agusti Sholikah atau biasa dipanggil “Ika”, sehari-hari  bertugas sebagai dosen di Universitas Sebelas Maret Surakarta.Pada masa studinya, ika pulang pergi setiap hari dengan menggunakan kereta Solo – Jogja. Menurutnya, studi S3 menuntut dedikasi atau komitmen yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Banyak kenangan yang didapat selama masa studi. Ika mengenang saat penelitian pemeliharaan tikus selama 9 bulan lamanya, yang membuatnya harus siap ke laboratorium di jogja  meskipun di hari libur. Hal tersebut dikarenakan perlakuan pada tikus harus dilakukan sesuai jadwal. Penelitian dengan teknik stereologi untuk menghitung sel saraf pada irisan jaringan juga memberi kenangan tersendiri, karena  mengharuskannya setiap hari dari pagi hingga petang berkutat dengan mikroskop dan optilab selama 4 bulan lamanya. . Diskusi dengan pembimbing yang  sering dilakukan di malam hari atau  di hari libur, juga memberi kesan yang tak terlupakan bahwa studi S3 harus bersungguh-sungguh menyediakan waktu, bukan untuk sambilan .. Kerja kerasnya terbayar dengan hasil ujian yang sangat memuaskan. Hasil penelitian ini juga telah dipublikasikan di jurnal Histology & Histopathology dengan judul “Prevention of colon enlargement by TNF-α antagonist in a streptozotocin-induced diabetic rat model” (https://www.hh.um.es/Abstracts/Vol_39/39_11/39_11_1443.htm). Artikel kedua  sedang disiapkan untuk juga dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi lainnya.

 

Komplikasi diabetes pada  berbagai organ perlu dipahami mekanismenya   karena dapat digunakan untuk  pengembangan diagnosis, pengembangan terapi dan pengembangan upaya pencegahan. Setelah lulus, Ika berencana melanjutkan penelitian dasar di bidang diabetes sehingga dapat memberikan kontribusi pada pengembangan pengetahuan, pengembangan diagnosis dan terapi pada pasien.