Ziarah makam Prof. dr. R. Soewasono Adisewojo, Guru Besar dan Kepala Bagian Histologi FK-KMK UGM Pertama

Pada Jumat, 3 Oktober 2025, sekitar pukul 07.00 pagi, sebanyak delapan dosen dan tiga tenaga kependidikan (tendik) Departemen Histologi dan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM yang sedang mengikuti Pertemuan Ilmiah Nasional Perkumpulan Ahli Anatomi Indonesia 2025 melaksanakan ziarah ke makam Prof. dr. R. Soewasono Adisewojo di Astana Bibis Luhur, Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.

Kompleks makam Astana Bibis Luhur merupakan makam keluarga trah Mangkunegaran. Suasananya asri dan rindang dengan banyak pepohonan, serta terasa hening di pagi hari. Makam-makam di kompleks ini dijaga dengan penuh rasa hormat oleh juru kunci, namun tidak tersedia daftar nama orang yang dimakamkan di sana dan juru kunci pun tidak hafal seluruh nama. Rombongan sempat berjalan menyusuri deretan makam untuk mencari pusara Prof. Soewasono hingga akhirnya menemukan makam beliau yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk kompleks. Makam Prof. Soewasono berada dalam satu deret tiga pusara berwarna putih: di sisi kiri beliau sendiri, di tengah makam sang istri (wafat 2013), dan di sisi kanan makam putranya (wafat 2015). Tulisan nama pada makam Prof. Soewasono telah memudar sehingga tidak mudah terbaca.

Pusara Prof. Soewasono di Astana Bibis Luhur

Prof. dr. R. Soewasono Adisewojo lahir pada 3 Mei 1925 dan wafat pada 7 April 1989. Beliau merupakan mahasiswa angkatan pertama FK UGM. Meskipun sebelumnya menempuh pendidikan menengah atas di jurusan bahasa, beliau berhasil menyelesaikan pendidikan kedokteran dengan prestasi membanggakan. Latar belakang jurusan bahasa membuat beliau memiliki kemampuan bahasa Arab dan bahasa Latin yang membantu memahami terminologi kedokteran dengan lebih mudah. Prof. Soewasono kemudian memperdalam bidang anatomi melalui penelitian di bidang neurosains di Amerika Serikat selama sekitar satu tahun, dan meraih jabatan Guru Besar pada usia yang relatif muda, yaitu sebelum 40 tahun.

Prof. Marsetyawan, salah satu murid beliau yang juga kemudian menjadi Guru Besar Histologi, mengenang, “Prof. Soewasono dikenal memiliki keahlian mendalam dalam anatomi makroskopis, terutama osteologi. Beliau juga sangat dihormati sebagai pakar zoologi.

Dedikasi dan pencapaiannya menjadikan Prof. Soewasono sosok penting dalam sejarah pendidikan kedokteran di Indonesia, khususnya di UGM. Sebagai Guru Besar Anatomi FK UGM, beliau merintis pembentukan Bagian Histologi yang terpisah dari Anatomi dan menjadi Kepala Bagian Histologi pertama. Prof. Soewasono berperan besar dalam mengembangkan bidang histologi, termasuk menghadirkan pakar-pakar dari luar negeri.

Kepiawaian Prof. Soewasono dalam menyampaikan kuliah membuatnya sangat dihormati dan selalu ditunggu oleh mahasiswa. Hal ini ditegaskan oleh Drg. Yustina Andwi Ari Sumiwi, M.Kes., dosen senior Departemen Histologi dan Biologi Sel:
Cara beliau menyampaikan kuliah luar biasa. Mahasiswa selalu menanti perkuliahan Prof. Soewasono karena jelas, sistematis, dan penuh wibawa.” Bu Andwi menambahkan, dalam setiap kuliah Prof. Soewasono selalu menyelipkan kisah-kisah lucu secara teratur. “Tidak terlalu banyak, namun kira-kira setiap 20 menit selalu ada sedikit selingan yang membuat mahasiswa tertawa. Selingan itu membuat suasana santai dan kuliah terasa sangat menyenangkan,” kenangnya.

Kenangan serupa juga disampaikan oleh dr. Rina Susilowati, yang mulai kuliah di FK UGM pada tahun 1985. Ia bercerita, “Prof. Soewasono merupakan pengajar tunggal mata kuliah Biologi Sel di program S1 Kedokteran. Beliau mengajar menggunakan overhead projector (OHP). Materi ditulis di plastik transparan dengan gambar-gambar buatan tangan beliau sendiri. Saya masih ingat jelas gambar struktur sel yang beliau lukis, terutama saat kuliah tentang cytoskeleton—entah mengapa masih saya ingat hingga sekarang.

Prof. Soewasono aktif mengajar pada program S1, S2, dan S3 hingga tahun 1985. Menurut kesaksian Dr. Sri Herwiyanti, dosen purnakarya Departemen Histologi dan Biologi Sel FK-KMK UGM yang dulu merupakan salah satu mahasiswa bimbingan S2 beliau, “Prof. Soewasono tetap menerima mahasiswa bimbingan meski dalam kondisi sakit. Walaupun dirawat di rumah sakit, beliau tetap bersedia membimbing mahasiswa. Itu menunjukkan betapa besar dedikasi beliau terhadap pendidikan dan mahasiswanya,” ujarnya.

Di luar kampus, Prof. Soewasono dikenal sebagai pribadi yang baik, jujur, dan memperlakukan semua orang tanpa membeda-bedakan status sosial. Pada awal karirnya, beliau tetap membuka praktek sebagai dokter umum untuk membantu masyarakat, bahkan sering tidak menerima bayaran bila pasien berasal dari keluarga civitas akademika UGM. Karier kepemimpinannya pun gemilang: beliau menjabat sebagai Dekan FK UGM periode 1970–1975 dan berperan besar dalam pengelolaan serta pengembangan fakultas.

Prof. Soewasono berdiskusi dengan Prof. Mizuguchi dari Kobe Jepang yang berkunjung ke UGM awal tahun 1980 an.

Warisan keilmuan, kepemimpinan, dan pengabdian Prof. dr. R. Soewasono Adisewojo akan senantiasa menjadi teladan bagi civitas akademika FK-KMK UGM.

Kegiatan ziarah ke makam Prof. dr. R. Soewasono Adisewojo juga sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh). Melalui ziarah ini, sivitas akademika Departemen Histologi dan Biologi Sel tidak hanya mengenang jasa pendidik dan pemimpin teladan, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai integritas, keteladanan, dan penghargaan terhadap sejarah pendidikan kedokteran Indonesia. Kegiatan ini menjadi refleksi atas pentingnya kesinambungan ilmu, etika, dan semangat pengabdian lintas generasi untuk memperkuat budaya akademik yang berkeadaban dan berkelanjutan.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *