Alhamdulillah, di awal tahun 2025, Departemen Histologi dan Biologi Sel Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) berhasil mempublikasikan hasil studi terbaru yang berjudul “Seroconversion and dynamics of IgG anti-SARS-CoV-2 antibodies during the pandemic: A two-month observation cohort study on the population of Sleman in Indonesia” yang dimuat di PloS One. Penelitian ini dipimpin oleh Jajah Fachiroh, bersama kolega dari “Sleman Health and Demographic Surveillance System”, bertujuan untuk mempelajari dinamika antibodi IgG terhadap SARS-CoV-2, khususnya dalam hal serokonversi (pembentukan antibodi) dan perubahan kadar antibodi ini selama dua bulan pengamatan.
Apa yang Diteliti?
Penelitian ini melibatkan 385 orang dewasa sehat yang berasal dari populasi umum Sleman, yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti tidak memiliki gejala mirip flu dan hasil negatif COVID-19 pada awal studi. Para peserta diperiksa pada dua waktu berbeda untuk melihat kadar antibodi IgG mereka, yang diukur menggunakan metode khusus (CMIA). Selain itu, data juga dikumpulkan mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi pembentukan antibodi, seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, status vaksinasi, dan kebiasaan pencegahan seperti memakai masker.
Hasil yang Menarik
Pada awal penelitian, sekitar 80% peserta sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2, dengan sebagian besar dari mereka adalah individu yang telah divaksinasi COVID-19. Penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi merupakan faktor terkuat yang memengaruhi pembentukan antibodi. Sebagian besar peserta yang belum memiliki antibodi pada awal studi menunjukkan serokonversi (pembentukan antibodi) dalam dua bulan, terutama bagi yang telah divaksin. Meski demikian, terdapat penurunan kadar antibodi seiring waktu, bahkan pada mereka yang sebelumnya sudah memiliki antibodi.
Apa Artinya untuk Kita?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 memiliki peran penting dalam membentuk imunitas masyarakat dan memperkuat konsep “imunitas hibrida”, di mana infeksi alami dan vaksinasi bekerja bersama untuk melindungi individu. Namun, temuan ini juga menekankan bahwa kekebalan tidak bertahan selamanya, dan penurunan kadar antibodi menunjukkan perlunya vaksinasi ulang secara berkala untuk memastikan perlindungan terhadap COVID-19 di masa depan.
Penelitian ini sejalan dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera (indikator 3.3) dalam upaya mengurangi angka kematian akibat penyakit menular melalui vaksinasi yang efektif. Selain itu, studi ini berkontribusi pada SDG 4: Pendidikan Berkualitas (indikator 4.7) melalui peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi dan kekebalan tubuh. Temuan ini juga mendukung SDG 10: Mengurangi Ketimpangan (indikator 10.3) dengan memberikan informasi yang dapat diakses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai lapisan, khususnya yang berada di daerah dengan keterbatasan akses terhadap vaksin dan layanan kesehatan.
Artikel lengkap dapat dibaca pada tautan berikut:
- https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0316360
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39746050/
Atau lihat tayangan ulasan video pada kanal Youtube Departemen Histologi dan Biologi Sel berikut :
https://youtu.be/S8P6HIw1CUE?si=577RDTb7FjIIB1CH