Dewajani Purnomosari, atau yang akrab dipanggil Neni, adalah staf pengajar dan peneliti di Departemen Histologi dan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada. Selain melakukan penelitian tentang kanker, dia juga mendukung komunitas untuk mendukung pasien kanker dan keluarga mereka dengan berpartisipasi di kegiatan Run Against Cancer 2025. 

Run Against Cancer lebih dari sekadar acara—ini adalah gerakan yang menyentuh kehidupan, menginspirasi harapan, dan menyatukan komunitas. Sejak didirikan pada tahun 2018, inisiatif ini telah mewujudkan kekuatan kasih sayang dengan menggabungkan cinta universal untuk berlari dengan misi yang tulus: untuk mendukung pasien kanker dan keluarga mereka. 

Tahun ini, Run Against Cancer yang diselenggarakan tanggal 7-9 Februari 2025 bekerja sama dengan YKAKI (Yayasan Kasih Kanker Anak Indonesia) dan CISC (Pusat Informasi dan Dukungan Kanker). Pada acara ini, Neni berlari 10km, dan diselesaikan dalam waktu 1 jam 26 menit. 

Donasi dan dana dari para pelari akan digunakan untuk rumah penampungan guna menyediakan tempat tinggal, pendidikan, dan bantuan transportasi untuk anak-anak penderita kanker guna menutupi biaya perjalanan ke dan dari fasilitas perawatan. 

Kegiatan ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 (Kesehatan yang Baik dan Sejahtera) yang menargetkan akses layanan kesehatan yang inklusif dan berkualitas bagi semua orang. Selain itu, kegiatan ini juga mendukung SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan) dengan memberikan bantuan kepada pasien kanker dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi agar mendapatkan akses yang setara terhadap pengobatan dan perawatan yang mereka butuhkan. Run Against Cancer menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor dapat menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan memberikan harapan bagi para penyintas kanker serta keluarganya.

 

Yogyakarta, 14 Februari 2025 – Pajak sering kali dianggap rumit, tetapi Departemen Histologi dan Biologi Sel FK-KMK UGM berupaya mengubah perspektif tersebut dengan mengadakan pelatihan internal berjudul ‘Pelatihan Pengisian Laporan Pajak’ bagi staf kependidikan dan dosen di Departemen Histologi dan Biologi Sel. Pelatihan internal ini dipandu oleh Bu Ani Muntoifah, SE., staf Departemen Histologi dan Biologi Sel yang berpengalaman di bidang administrasi keuangan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta dalam pelaporan pajak serta mendukung tata kelola keuangan yang transparan, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDG) 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi serta SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat.

Antusiasme peserta terlihat sejak awal sesi, dengan banyaknya pertanyaan dan diskusi seputar teknis pengisian laporan pajak. Materi yang diberikan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga disertai praktik langsung agar peserta dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh secara efektif. “Kalau bukti potongnya lebih dari satu, saya tidak tahu cara menginputnya. Setelah pelatihan ini, saya jadi paham bagaimana pelaporannya,” ujar Aziz, salah satu peserta. Pelatihan ini memberikan wawasan baru serta meningkatkan kepercayaan diri peserta dalam mengelola kewajiban perpajakan mereka.

Melalui kegiatan ini, FK-KMK UGM menunjukkan komitmennya dalam membangun budaya kepatuhan pajak di lingkungan akademik. Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pajak, institusi ini turut berkontribusi dalam menciptakan sistem keuangan yang lebih transparan dan akuntabel. Upaya ini tidak hanya mendukung efisiensi internal, tetapi juga menjadi bagian dari kontribusi UGM dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan prinsip SDGs.

Sebuah perjalanan panjang penuh dedikasi, Pak Paryana telah mengabdi selama hampir 40 tahun di FK-KMK UGM. Beliau memulai tugasnya sejak tahun 1981 sebagai penjaga malam gedung Anatomi-Histologi, jauh sebelum ada satpam di fakultas. 

Saat itu, kampus masih minim penerangan, tanpa pagar, dan rawan pencurian. Di malam hari, ternyata banyak orang datang ke kampus dengan berbagai alasan, seperti mencari burung, dan sering kali berujung pada hilangnya barang-barang seperti lampu taman. Dengan hanya berbekal senter dan ketapel, beliau berkeliling menjaga keamanan, memastikan lingkungan tetap aman bagi civitas akademika.

Salah satu kisah yang masih beliau ingat adalah saat harus menghadang seorang pencuri dengan ketapelnya. Keberanian dan ketegasannya membuat pencuri tersebut berhenti dan akhirnya dapat diamankan.

Bertugas di malam hari bukanlah hal mudah. Pada masa awal beliau bekerja, tidak ada pos penjaga, sehingga beliau kadang merebahkan diri di dekat ruang kuliah dengan serangan nyamuk yang tak terhindarkan. 

Bahkan untuk mendapatkan air minum pun sulit. Bersama rekan-rekannya, mereka harus merebus air menggunakan api hasil pembakaran ranting kering yang dikumpulkan dari pohon di jalan Farmako. Tidak ada kompor. Untungnya, beberapa dosen yang bekerja hingga malam kadang berbagi makanan dengan para penjaga malam tersebut. 

Para penjaga malam ini masuk jam 19.00 dan pulang pada pagi hari jam 7, saat para pegawai yang bekerja di siang hari telah mulai datang. Dengan demikian jam kerja mereka lebih lama dari karyawan lain.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Pak Paryana tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Beliau hampir tidak pernah memiliki hari libur, bahkan saat hari raya masih datang menjaga kampus. Walaupun tidak selalu mendapat uang lembur, pak Paryana dan teman teman penjaga malam tetap setia bekerja tanpa mengeluh.

Tugas para penjaga malam tidak hanya menjaga gedung dari pencuri. Keamanan di kampus kala itu juga penuh risiko, mulai dari pencurian ikan di kolam taman, hingga kejadian-kejadian berbahaya seperti perkelahian yang berujung pada kekerasan. 

Salah satu atasan yang berkesan bagi pak Paryana adalah bu Lis, kepala kantor Fakultas Kedokteran di tahun 80-an. Bu Lis kadang datang di malam hari menengok para penjaga malam, bertanya dan memberikan arahan. Bagi pak Paryana, hal yang dilakukan bu Lis bersifat mendidik bawahan dan meningkatkan semangat kerja. 

Pada tahun 2002, beliau mulai bertugas di siang hari sebagai petugas kebersihan Departemen Histologi dan Biologi Sel, hingga akhirnya purna tugas pada tahun 2020 setelah 39 tahun 9 bulan mengabdi. 

Sebagai petugas kebersihan, hasil kerja beliau sangat bisa diacungi jempol. Pagi-pagi sebelum dosen dan tenaga kependidikan yang lain datang, beliau sudah hadir untuk membersihkan ruang dan koridor dilanjutkan dengan membersihkan toilet. Di siang hari pun beliau masih bekerja membersihkan kaca-kaca dan teralis. Hasilnya adalah ruangan yang selalu terjaga kebersihannya.

Kini, beliau menikmati masa pensiun dengan bertani dan tinggal di daerah sekitar Jalan Wates bersama keluarga. Namun, jejak pengabdiannya tetap berlanjut, karena salah satu anak beliau kini bertugas sebagai satpam di UGM.

Pak Paryana mengabdikan diri hampir 40 tahun dalam pekerjaan yang penuh tantangan, mencerminkan pentingnya pekerjaan layak dan kondisi kerja yang aman serta adil. Kisah beliau juga menyoroti perjuangan tenaga kependidikan dalam mendapatkan kesejahteraan. 

Pengabdian Pak Paryana dalam menjaga keamanan kampus selama hampir 40 tahun sejalan dengan SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat, yang menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan inklusif. Keberanian dan dedikasi beliau dalam menjaga keamanan di FK-KMK UGM mencerminkan bagaimana individu berperan dalam membangun sistem kelembagaan yang kuat. Selain itu, komitmen beliau dalam menjalankan tugas meskipun dengan keterbatasan fasilitas juga menggambarkan pentingnya keadilan dan penghargaan terhadap pekerja di sektor informal. Kisah ini menjadi refleksi atas pentingnya perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja guna menciptakan institusi yang lebih baik dan berkelanjutan.

Mungkin sebagian besar mahasiswa yang tidak mengenalnya, tetapi kontribusi Pak Paryana menjaga keamanan dan kebersihan kampus telah menjadi bagian dari sejarah panjang UGM, khususnya di FK-KMK. 

Penjaga malam di kampus sunyi,
Senter di tangan, semangat tak padam.
Pak Paryana teladan kami,
Pengabdian tulus, tak pernah suram.

Empat dekade penuh setia,
Menjaga kampus dengan bahagia.
Tekun bekerja, penuh harmonia! 
Jadi panutan generasi terkini 

Terima kasih atas pengabdianmu, Pak Paryana!

Pak Paryana di bulan Februari 2025 di rumah beliau yang sederhana

 

Kursus Immunohistokimia 2025

Pada tanggal 3-4 Februari 2025, Departemen Histologi dan Biologi Sel FK-KMK UGM baru saja sukses menyelenggarakan Kursus Imunohistokimia yang diikuti oleh 24 peserta dari berbagai instansi di Indonesia! Dalam kursus ini, peserta tidak hanya mendapatkan materi dari para pengajar, tetapi juga langsung berlatih melakukan pewarnaan dengan antibodi anti-CD20 pada irisan blok parafin.

Imunohistokimia (IHK) memainkan peran penting dalam diagnostik pasien maupun penelitian biomedis, termasuk studi pada hewan coba. Teknik ini memungkinkan visualisasi spesifik protein dalam jaringan, membantu deteksi penyakit seperti kanker, serta memahami mekanisme biologis yang lebih dalam. Namun, agar hasil IHK dapat diandalkan, kontrol mutu yang ketat, optimasi pewarnaan, serta pemilihan metode analisis yang tepat (kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif) adalah kunci utama! 

Instruktur kursus adalah dr. Rina Susilowati, Ph.D., Dian Eurike Septyaningtrias, S.Ked., M.Sc., Ph.D. dan drg. Yustina Andwi Ari Sumiwi, M.Kes., dibantu teknisi Dewi Sulistyawati dan Annisa Ramadhani.

Kursus ini menjadi ajang berbagi ilmu, pengalaman, dan tentunya semangat dalam meningkatkan standar penelitian dan layanan diagnostik di Indonesia. 

Kursus ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas). Dengan meningkatkan keterampilan para peserta dalam teknik imunohistokimia, diharapkan hasil diagnostik dan penelitian biomedis di Indonesia semakin berkualitas, berkontribusi pada peningkatan layanan kesehatan serta pemahaman penyakit yang lebih mendalam. Selain itu, melalui pelatihan ini, FKKMK UGM turut mendukung penguatan kapasitas SDM dalam bidang ilmu kedokteran dan biomedis, yang selaras dengan upaya menciptakan akses pendidikan berkualitas bagi tenaga kesehatan dan peneliti.

Terima kasih kepada seluruh peserta yang bersemangat tinggi, pengajar yang sabar dan teknisi yang berdedikasi! Sampai jumpa di kegiatan berikutnya!